Cipetung (cbmnews) – Ratusan petani
sayur penggarap lahan Perhutani di Desa Cipetung, Kecamatan Paguyangan
mulai tahun depan beralih tanam kopi. Hal ini dilakukan karena Pihak
Perhutani mengkonversi jenis tanaman yang ditanam pada lahan miliknya.
Hal itu terungkap saat Kades Cipetung , Sutrisno memberikan sosialiasi
kepada warganya, di Balai Desa Senin, 19 Desember 2016.
Ada
sekitar 300 hektare lahan yang digarap petani, dan itu semua yang akan
dikonversi dari sayuran dengan tanaman kopi. Profit sharing dari program
ini adalah 70% untuk petani dan 30$ untuk Perhutani. Walaupun sudah
ditanami kopi masyarakat masih diizinkan melakukan tanaman tumpang sari.
Kawasan
hutan harus tetap dijaga dan dilestarikan agar bisa memberikan
kehidupan bagi warga sekitarnya. Jika masyarakat sekitar hutan meningkat
taraf hidupnya maka akan memberikan kontribusi bagi kedua belah pihak,
Hal ini yang mendasari pelaksanaan program ini.
“Perhutani
menyediakan bibit kopi unggulan jenis Robusta, untuk mendapatkannya
petani mengganti biaya transport Rp. 2.225 / batang. Untuk 1 hektare
lahan dibutuhkan 1.600 bibit dengan masa panen 4 tahun,” kata Sutrisno
Kades Cipetung.
Suatu kebijakan pasti
menimbulkan pro dan kontra, begitupun petani Cipetung. Sebagai
masyarakat yang dinamis wajar ini terjadi , karena menyangkut kehidupan
mereka. Seperti halnya Ryan (25) yang merasakan gamang dengan kebijakan
ini.
“Yang saya takutkan adalah
pemasaran hasil panennya, kami takut produksi banyak tapi gak bisa
dipasarkan. Jadi sia-sia nanti kami sekeluarga makan apa?,” katanya.
Namun
semua ketakutan warga di jawab dengan penuh keyakinan, bahwa pemasaran
produk kopi tidak masalah. Pihak desa yang akan jadi pengepul untuk
membeli hasil kopi petani.
“Bapak-bapak
tidak usah takut memasarkan hasil panen kopi, karena kami yang akan
membeli. Kami sudah dapat mitra untuk menampung hasil kopi bapak dari
Wonosobo dan Pengalengan,” ujar Sutrisno.
Setelah
mendapat jaminan dari kepala desa, masyarakat menjadi tenang. Dalam
waktu dekat Kepala Desa dan wakil dari petani akan melakukan study
banding di Pengalengan. Hal itu dilakukan agar petani mengetahui betul
proses pengelolaan tanaman kopi, dari mulai penanaman, perawatn sampai
panen.
Jika semua sudah siap Januari
2017 konversi tanaman kopi dilaksanakan, nantinya masyarakat akan
menikmati hasilnya. Untuk jangka pendeknya masyarakat masih bisa menanam
dengan sistem tumpangsari , dan untuk jangka panjang petani akan
menikmati hasil panen kopinya. Untuk perhutani sendiri akan terjaga dan
terawat tanaman pinusnya. (BAS)
hello!,I like your writing so a lot! percentage we be in contact extra about your post on AOL? I require an expert on this space to solve my problem. May be that's you! Looking forward to peer you. gmail login email
BalasHapus