Paguyangan (suarapaguyangan.com) - Dimasa modern seperti ini, kebanyakan orang sudah berlomba-lomba untuk memiliki barang mewah dari elektronik sampai kendaraan. Namun tidak bagi Djuhandi (58), bersama istrinya Asmi (48) dan seorang cucunya, warga dukuh kedawung, desa wanatirta. Yang bahkan untuk makan saja seringkali ia peroleh dari belas kasih warga setempat. "Kadang kalau buat makan dikasih sama tetangga, pernah dulu ngga makan dua hari sampai istri saya nangis pengin makan dan akhirnya dikasih sama tetangga," tutur Djuhandi, Sabtu (13/5).
Selama ini, Djuhandi dan keluarga belum pernah menerima bantuan dari pemerintah, kecuali Beras Miskin (RASKIN). Asmi menuturkan, bantuan yang mereka terima hanya dari warga setempat yang iba melihat kondisi keluarganya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Djuhandi bekerja sebagai buruh bangunan dan kadang juga sebagai tukang servis elektronik, dibantu istrinya yang bekerja sebagai buruh di ladang tetangga. "Kerja ikut proyek kalau, kadang disuruh betulin televisi tetangga yang rusak, kalau ngga ada ya nganggur, paling istri yang kerja makannya suka kasihan sama dia." Lanjut Djuhandi.
Rumah yang mereka tempati sekarang jauh dari kata layak. Bangunan tersebut berdiri diatas tanah milik warga setempat, "sedih rasanya kalau hujan, air masuk pernah juga ular masuk kedalam rumah, pengin dapat bantuan buat betulin rumah," ungkapnya.
Anak semata wayangnya sudah meninggal karena sakit paru-paru. Mereka tidak pernah membawa anaknya berobat ke rumah sakit maupun puskesmas karena keterbatasan biaya dan tidak ada jaminan kesehatan dari pemerintah yang mereka miliki. Djuhandi berharap kedepan mendapat perhatian berupa bantuan dari pemerintah, baik dari pemerintah kabupaten maupun pusat. (EU/LH)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Puluhan Tahun Djuhardi Menempati Lahan Milik Warga, Ingin Gubugnya Layak Huni"
Posting Komentar