Kelompok Perempuan Desa Pagojengan Rutin Gelar Tahlil dan Yasinan.

Kelompok Perempuan Ds Pagojengan Rutin Yasinan


Pagojengan - Sebanyak 40 perempuan dari Dusun Gemplang  Rt 1 RW 02 Desa Pagojengan Kecamatan Paguyangan gelar kegiatan rutin tahlil dan yasinan sebagai sarana menjalin silaturahmi antar warga khususnya perempuan.

Kegiatan yang dilakukan setiap seminggu sekali ini dilakukan setiap hari senin, dengan sistem bergilir dari rumah kerumah setiap anggota yang ikut menjadi kelompok yasinan dan tahlil ini.

Salah satu penggerak kegiatan Dairoh mengatakan, kegiatan rutin tahlil dan yasinan ini sudah sejak tahun 2003 hingga kini masih tetap dilakukan dan pesertanya sudah sampai 40.

" Tahun 2003 kami mengawali kegiatan tahlil dan yasin bagi kaum perempuan, kegiatannya dilakukan setiap satu bulan sekali dan bergiliran, hingga kini jumlah peserta ibu-ibunya sudah mencapai 40 perempuan" katanya.

Dairoh menambahkan, selain tahlil dan yasinan juga ada sedikit taushiyah dari salah satu pengurus sebagai pengingat dan sebagai sebagai penyemangat agar perempuan ini bisa mandiri dan bisa membantu suami masing-masing.

Mardiyanah salah satu anggota merasa senang dan manfaat dari kegiatan tersebut.

" Saya senang bisa berkumpul dan bersilaturahim dengan warga khususnya perempuan dusun gemplang ini, dari pada hanya menggosip lebih baik berdo'a, apalagi sekarang sudah seragam bajunya kaya jamiyahan," ungkapnya. (MY)

Related Posts:

Mentoring Reguler Dihadiri JW Dua Desa Replikasi

Kegiatan mentoring dihadiri 2 Desa Replikasi

Paguyangan - Ada hal yang berbeda pada kegiatan mentoring reguler yang dilakukan pada hari sabtu, 28 Oktober 2017 di Rumah Makan Rai Raka yang diisi oleh Koordinator Jurnalis Warga (KJW), yaitu hadirnya Jurnalis Warga (JW) dua desa replikasi.

KJW Kabupaten Brebes Adi Assegaf mengatakan, kegiatan kali ini kita kedatangan tim baru dari dua desa yang diharapkan mampu bekerjasama.

" Mentoring hari ini dihadiri oleh dua desa replikasi yaitu Desa Paguyangan dua orang JW dan Desa Pagojengan juga sama, setelah sebelumnya melakukan komunikasi dengan pihak desa masing-masing, dan berharap yang hadir ini bisa memberikan warna bagi desanya," ujarnya.

Adi juga menambahkan, untuk JW baru jangan khawatir karena materi mentoring reguler hari ini kita bahas tentang Bagaimana membuat berita yang baik yang mencakup 5W+1H.

" Kegiatan hari ini karena kita kedatangan tamu baru, kita sedikit merefresh tentang unsur 5W+1H dalam penulisan berita dan  cara membuat email, facebook, fanpage, serta upload berita di website www.suarapaguyangan.com sehingga berita kita dapat dibaca orang lain dan mendapatkan respon," tambahnya.

Sementara itu Mardiana JW dari desa Pagojengan sangat senang sekali bisa bergabung dengan Jurnalis Warga

" Saya merasa senang sekali bisa ikut bergabung dengan Jurnalis warga walaupun saya belum tahu cara membuat berita dan cara menulis berita, saya akan belajar supaya saya bisa menginformasikan tentang pendidikan, kesehatan, dan adminduk Desa Pagojengan agar bermanfaat untuk masyarakat desa saya," ungkapnya.(LA)

Related Posts:

Dalam Menulis Berita, Jangan Lupa Unsur 5W + 1H.

KJW sedang menyampaikan materi saat mentoring reguler

Paguyangan - Menulis bisa menjadi hal yang mulia dan bisa juga menjadi hal yang tidak mulia, namun bagi Jurnalis Warga (JW), berita yang ditulis harusnya berita yang bisa menjadi cerita perubahan

Demikian disampaikan Adi Assegaf selaku Koordinator Jurnalis Warga (KJW) Kabupaten Brebes, dalam kegiatan mentoring yang dilakukan di Rumah Makan Rai Raka Desa Paguyangan, Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, Sabtu (28/10).

Dalam mentoring reguler kali ini membahas tentang pembuatan email dan media sosial khususnya facebook dan twitter, agar tulisan yang ditulis oleh JW bisa disebarkan ke media sosial tersebut dan bisa mendapat respon dari pembaca.

selain membahas tentang media sosial KJW juga membahas kembali tentang pentingnya penulisan berita sesuai dengan kaidah jurnalistik yaitu memenuhi unsur 5w + 1h.

Menurut Adi, masih ada JW yang ketika menulis berita masih kurang lengkap atau tidak memenuhi unsur 5W+1H, sehingga berita tersebut tidak bisa untuk diupload di website www.suarapaguyangan.com

" Yang harus diperhatikan oleh seorang penulis dan jurnalis adalah rumus 5W+1H,
5W + 1H merupakan singkatan dari What, When, Where, Why, Who dan How, atau biasanya dikenal dengan ASDAMBA, yaitu Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, Bagaimana. Kelima unsur ini merupakan penuntun untuk menulis karya jurnalistik seperti berita, feature, dan sebagainya. Dengan menggunakan 5W + 1H maka kita akan memudahkan kita menyampaikan pokok pikiran kita dalam suatu peristiwa yang kita laporkan dalam berita," jelasnya.

Dengan dihadiri oleh 10 peserta, dari Desa Wanatirta, Desa Kedungoleng, Desa Cipetung, Desa Paguyangan dan Desa Pagojengan, acara tersebut menjadi lebih hidup karena penjelasan yang diberikan oleh KJW dapat diserap oleh para peserta, sehingga para peserta lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun mengemukakan pendapat.

Salah satunya Murni JW dari Desa Kedungoleng yang hadir dalam kegiatan tersebut merasa senang karena mendapatkan informasi yang baru.
" Penjelasan yang diberikan oleh KJW sangat jelas, insya Allah akan saya lakukan saat membuat berita nantinya, dan setelah itu akan saya sebar melalui facebook dan twitter saya," tandasnya. (NK)

Related Posts:

10 JW Kecamatan Paguyangan Ikuti Mentoring Reguler

Kegiatan Mentoring Reguler dihadiri 10 JW

Paguyangan - 10 Jurnalis Warga (JW) dari Desa Wanatirta, Desa Kedungoleng, Desa Cipetung, Desa Paguyangan dan Desa Pagojengan Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes mendapatkan mentoring dari Koordinator Jurnalis Warga (KJW) di Rumah Makan Rai Raka, Sabtu (28/10).

KJW Kabupaten Brebes Adi Assegaf mengatakan, Kegiatan mentoring reguler ini dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala para JW dalam membuat atau menulis berita.
" Jurnalis Warga harus aktif menulis berita, utamanya adalah berita yang terkait isu pendidikan, kesehatan dan Adminduk. Dengan sasaran perempuan, anak serta kaum disabilitas, harapannya tulisan JW bisa ikut membantu permasalahan yang ada di desa." katanya.

Dalam mentoring reguler kali ini selain membahas kendala yang terjadi pada JW, para JW juga mendapatkan mentoring tentang membuat media sosial, seperti email, facebook, fans page, twitter, dan grup komunitas.

Menurut Adi, setiap JW diharapkan mempunya email, sebab untuk masuk atau mempunyai akun media sosial itu diperlukan alamat email, setelah itu baru kita membuat media sosial seperti facebook dan twitter.
" Media sosial ini digunakan untuk menyebarkan berita kita dimedia sosial, sehingga mendapat respon dari masyarakat atau pemerintah kabupaten, ini yang dinamakan advokasi melalui media sosial," ujarnya.

Nurkhasanah JW dari Desa Kedungoleng merasa senang bisa hadir dalam setiap kegiatan JW.
" Saya merasa beruntung bisa hadir hari ini meskipun cuaca hari ini hujan, karena kegiatan mentoring bagi saya sangat penting. Dengan mengikuti mentoring ini saya mendapatkan informasi yang baru dan berguna, sehingga membuat saya untuk semangat membuat berita," ungkapnya. (WD/AA)

Related Posts:

Tingkatkan Perekonomian Kelompok Perempuan Desa Kedungoleng, Mahasiswa Turun Kelapangan


Keripik Opak Dari Singkong

Kedungoleng (suarapaguyangan.com) - Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, Mahasiswa dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan membuat keripik opak dari singkong.

KKN yang mengusung tema peningkatan ekonomi rumah tangga ini, dilakukan selama 45 hari oleh 15 Mahasiswa dari IAIN Pekalongan di Desa Kedungoleng dan melibatkan para perempuan.

Koordinator KKN Mahasiswa Desa Kedungoleng Ridho mengatakan, kegiatan KKN ini bertema tentang peningkatan ekonomi rumah tangga dengan sasaran para perempuan, untuk membantu perekonomian masing-masing rumahtangga.

" Dalam kegiatan KKN ini kami di tugaskan dari kampus untuk mencari sebuah solusi untuk memecahkan masalah kemiskinan di wilayah pedesaan," kata ridho saat di hubungi jurnalis suarapaguyangan.com, diaula balaidesa, Minggu (29/10).

Menurut Ridho, dalam fokus kegiatan KKN ini, timnya telah melakukan survei lapangan mengenai kebanyakan profesi warga Desa Kedungoleng. Setelah mereka melakukan survei lapangan, data yang mereka peroleh kebanyakan warga berprofesi sebagai petani singkong. Dari situlah mereka berfikir untuk membuat olahan dari bahan dasar singkong agar menambah nilai jual dari hasil pertanian itu.

" Dalam pengolahannya, singkong ini nantinya akan diolah menjadi keripik opak yang nantinya diharapkan akan menambah nilai jual singkong yang tadinya harga satu kilogram singkong hanya berkisar Rp.1.500 hingga Rp. 2 ribu, jika sudah di olah menjadi keripik opak, bisa dijual dengan kisaran harga Rp.23 ribu per bungkusnya, bahkan kadang juga ada yang menjual dengan sambal petis," ujarnya.

Masih menurut Ridho, bila dibandingkan harga perkilogram singkong mentah dengan harga singkong yang sudah diolah menjadi keripik opak, sangat jauh perbandingannya. Dengan mencontohkan pembuatan, produksi sampai pemasaran diharapkan nantinya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga masyarakat Desa Kedungoleng.

Sementara itu perwakilan Ikatan Mahasiswa Kedungoleng (IMK) Dwi Elisa siap membantu KKN tersebut.
" Dari IMK siap membantu semampu kami jika ada informasi yang di perlukan silahkan ditanyakan saja.” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Seger selaku perwakilan dari Pemerintah Desa Kedungoleng, pihaknya menyambut baik adanya KKN tersebut.
" Kami dari Pemerintah Desa sangat terbuka dan menyambut baik KKN yang dilakukan mahasiswa dari IAIN Pekalongan, karena membantu desa dalam pemberdayaan ekonomi keluarga warga masyarakat Desa Kedungoleng," ungkapnya. (WD/AA)

Related Posts:

Pemkab Brebes dan LPPSP Gelar Rakor Percepatan Kepemilikan Akte Kelahiran

Rakor Percepatan Kepemilikan Akte Kelahiran di Kecamatan Paguyangan

Paguyangan (suarapaguyangan.com)- Dengan adanya penjaringan dan pengumpulan data, semoga tiga desa yang menjadi pilot project yaitu Desa Wanatirta, Desa Kedungoleng dan Desa Cipetung akan tuntas masalah kepemilikan Akte Kelahiran terutama usia 0-18 tahun.

Demikian disampaikan oleh Sekretaris Camat (Sekcam) Kecamatan Paguyangan Darto, dalam Rapat Koordinasi dan Fasilitasi Data Adminduk Hasil penjaringan sektor- sektor non capil dan Pemerintah Desa kecamatan Paguyangan, diaula Kecamatan Paguyangan, Rabu (25/10).

Masih menurut Darto, selain tiga desa piloting project semoga juga diikuti oleh sembilan desa lainnya di wilayah Kecamatan Paguyangan, agar Kecamatan Paguyangan semua anak usia 0 hingga 18 tahun sudah memiliki akte kelahiran semuanya dimana fokus kita juga termasuk kepemilikan akte kematian.

" Selain kepemilikan akte kelahiran bagi anak usia 0 hingga 18 tahun, kita juga harus mensosialisasikan kepengurusan akte kematian bagi penduduk yang meninggal dunia," katanya.

Kegiatan Rapat koordinasi yang dilakukan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP) kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Brebes dihadiri oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Brebes, Kepala UPT Dindikpora Kecamatan Paguyangan, Kepala KUA Kecamatan Paguyangan, Kepala RSUD Brebes, Kepala Puskesmas Paguyangan, TKSK Kecamatan Paguyangan serta tiga kepala desa pilot project dan Perwakilan dari Jurnalis Warga (JW).

Koordinator LPPSP Kabupaten Brebes Hanung Basworo, ST mengatakan, Penjaringan dan pengumpulan data anak usia 0-18 tahun yang tidak memiliki Akta Kelahiran dan Penduduk meninggal yang tidak memiliki Akta Kematian melalui beberapa jalur yakni jalur pendidikan, jalur kesehatan dan Jalur Desa.

" Untuk jalur pendidikan Kabupaten Brebes sudah mempunyai program Jemput Bola Kelahiran di Sekolah (JEMPOL KALIH), program ini sudah berjalan tinggal kita optimalkan, termasuk di Dinas Kesehatan juga sudah ada program Bayi Lahir Akta dan KK Langsung Terbit (BANGKIT), sedangkan ditingkat desa bekerjasama dengan forum selapanan yang ada di tiga desa," ungkapnya.

Hanung menambahkan, capaian dari Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) sampai dengan akhir tahun 2017 cakupan akte kelahiran seluruh kabupaten 85 persen. Sedangkan cakupan untuk Kabupaten Brebes masih dibawahnya hal ini adalah pekerjaan rumah bersama yang harus kita lakukan bersama utamanya adalah penyadaran kepada masyarakat.

" Untuk percepatan kepemilikan akte kelahiran dan akte kematian di Kabupaten Brebes, Sekretariat Daerah sudah mengeluarkan surat tentang fasilitasi penjaringan data dan kelengkapan persyaratan pengurusan akta kelahiran dan akta Kematian, dimana Dalam penjaringan dan pengumpulan data  kita bisa menggunakan beberapa jalur anatara lain ada Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora), Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapperlitbangda) dan Koordinator Percepatan Kecamatan," Jelasnya. (LA/AA)

Related Posts:

Siswa MA Ma'arif NU dan Santri Ponpes Al-Banna Paguyangan Gelar Upacara Hari Santri

Puluhan santri dan siswa MA Maarif Paguyangan Ikuti Upacara Hari Santri


Paguyangan (suarapaguyangan.com) - Puluhan santriawan santriwati pondok pesantren Al-Banna dan siswa siswi MA Maarif NU Paguyangan  Desa Paguyangan Kecamatan Paguyangan mengadakan upacara hari santri, dihalaman MA Ma'arif NU Paguyangan, Minggu (22/10).

Ketua yayasan Ponpes Al-Banna KH. Fuad Abass, S.Pdi selaku ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Banna sekaligus sebagai pembina upacara mengatakan, tujuan diadakan upacara supaya menumbuhkan rasa patriotisme dan rasa tanggung jawab di hati santri

" Diadakan upacara memperingati hari santri ini supaya santri dan Siswa MA Maarif NU Paguyangan tumbuh rasa patriotisme dan rasa tanggung jawab, bahwa bangsa indonesia milik kita bukan milik siapa siapa yang harus di pertahankan," katanya.

Masih menurut Fuad Abass, sangat benar sekali bahwa pembesar pembesar kita mengatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati, apabila ada yang mau memporak porandakan Indonesia maka santri harus berada di Garda Paling Depan.

Sementara itu salah satu siswi MA Maarif NU Paguyangan Siti Aisyah yang menjadi petugas upacara membaca ikrar santri mengatakan, sangat bangga dan senang sekali bisa menjadi petugas yang membaca ikrar santri di hari santri ini.

" Sangat senang sekali saya bisa menjadi petugas pada upacara Hari Santri ini, apalagi saya membaca ikrar santri, sebagai siswa dan  santri  yang tidak menetap tapi saya sangat bangga karena santri sekarang di akui keberadaanya di Indonesia. Seperti semboyan wajah pesantren adalah wajah Indonesia," tandasnya. (LA)

Related Posts:

Kades Wanatirta Paguyangan Dukung Penuh Jurnalis Warga Untuk Perubahan

Kepala Desa Wanatirta Memasang Tulisan JW di Mading Balai Desa Wanatirta


Wanatirta (suarapaguyangan.com) -  Pemerintah Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes siap mendukung penuh peran serta jurnalis warga untuk perubahan di desanya, salah satu yang didukung desa yakni memperbolehkan pemasangan Majalah Dinding (Mading) sebagai media informasi bagi masyarakat bisa di aksed dan di pasang di Balai Desa, Ungkap Kades Wanatirta H. Maskur pada ruang kerjanya. Selasa (24/10/2017).

Maskur menjelaskan, saat mengapresiasi apa yang diusulkan pihak jurnalis warga desanya, jangankan Mading, kita minta JW Desa Wanatirta untuk menjadi salah satu penulis di sistem informasi desa, agar website desanya ada yang bantu mengurungi isi dan konten berita. 

" Pihaknya sangat bangga dengan tulisan Jurnalis Warganya, karena tulisanya sudah masuk ke media cetak baik di Radar Tegal maupun di Suara MErdeka , itu menurut saya sangat bagus sekali," imbunnya.

Sementara itu, salah satu Jurnalis Warga (JW) Ikmah, merasa senang dengan komitmen Pemerintah Desanya,  bahkan Kades dan dibantu Sekdes  langsung bantu memasangkan mading tersebut dengan cepat dan tepat.(LA)

Related Posts:

Salapanan Bantu Data Warga Yang Belum Punya Akte Kelahiran

Sosialisasi Adminduk oleh Formasi

Kedungoleng (suarapaguyangan.com) -Sebanyak 203 penduduk di Desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes ini belum memiliki akta kelahiran, jumlah tersebut baru di 5 RW saja, sedangkan Desa Kedungoleng ada 10 RW

Demikian disampaikan Hanung, salah satu tim dari Forum Masyarakat Sipil (Formasi) pada acara sosialisasi Administrasi dan Kependudukan (Adminduk) diaula balai Desa Kedungoleng, Jum'at (20/10).

Menurut Hanung, masih ada 5 RW yang belum terdata dan perlu diverifikasi.
" Ini berarti masih ada 5 RW yang belum terdata, jadi perlu adanya klarifikasi dan untuk 5 RW yang sudah terdata pun masih perlu adanya pendataan kembali, pencocokan kembali, makanya ini tugas anggota selapanan untuk melakukan hal tersebut," ujarnya.

Salahsatu perwakilan dari Kecamatan Paguyangan Sutarko menyampaikan, untuk membuat akte kelahiran sekarang syaratnya lebih mudah, tidak seperti dulu.
" Syarat-syarat pembuatan akta kelahiran adalah menyerahkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) orang tua dan 2 orang saksi, fotokopi Kartu Keluarga (KK), fotokopi buku nikah orang tua, dan surat keterangan lahir. Kalau dulu fotokopi surat nikah harus dilegalisir, tapi sekarang tidak dilegalisir," katanya.

Sementara itu perwakilan Pemerintah Desa yang diwakili oleh sekretaris desa Seger mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada Formasi karena telah membantu desa dalam pendataan akte kelahiran.
" Kami selaku pemerintah desa mendukung adanya kelompok salapanan yang mau mendata warga kami, mengklarifikasi warga disetiap dusun masing-masing untuk bisa mendapatkan segera akte kelahiran, sehingga dengan adanya kerjasama tersebut, disamping meringankan tugas pemerintah desa juga akan mendorong warga masyarakat miskin untuk memperoleh akte kelahiran secara gratis," katanya. (NK)

Related Posts:

JW Sebagai Agen Perubahan

Suasana Mentoring Plus Untuk Jurnalis Warga
Paguyangan (suarapaguyangan.com) - Jurnalis Warga (JW) bisa menjadi Agent Of Change (AOC) dengan tulisannya dan tentunya dapat memberikan perubahan bagi masyarakat didesa masing-masing.

Hal itu diungkapkan Koordinator Jurnalis Warga (KJW) kabupaten Brebes Adi Assegaf saat membuka kegiatan Mentoring Plus JW Kecamatan Paguyangan, hari minggu (15/10) kemarin.

"Jurnalis warga diharapkan dapat menjadi Agent Of Change (AOC) untuk desa masing-masing.  Lewat tulisannya, JW dapat membawa kisah perubahan bagi masyarakat," ujarnya.

Kegiatan mentoring plus JW Kecamatan Paguyangan bertempat di RM. Sambel Leyeh Pagojengan yang diikuti oleh 8 JW dari Desa Cipetung, Desa Kedung Oleng, dan Desa Wanatirta.  Hadir sebagai narasumber Pemimpin Redaksi Jurnalis Warga www.cbmnews.net Bahrul Ulum, SE, M.Si.

Dalam paparannya ulum menjelaskan, bahwa jurnalis warga harus bisa membuat berita yang mewakili suara masyarakat dilingkungannya terkait isu-isu yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat dan sasarannya adalah kaum perempuan, anak-anak dan kaum disabilitas.

" Isu besar yang diangkat dalam berita jurnalis warga antara lain tentang kesehatan, pendidikan, adminduk dan perspektif anggaran.  Nantinya berita yang dibuat JW diharapkan dapat membawa perubahan dan manfaat bagi masyarakat desa khususnya dan masyarakat kabupaten Brebes pada umumnya.  Untuk sasaran pemberitaan difokuskan pada kaum perempuan, anak-anak dan kaum disabilitas," jelasnya.

Menurut Ulum, dalam penulisan berita, JW harus tetap memperhatikan tata cara penulisan berita sesuai teknik penulisan jurnalistik maupun kode etik jurnalistik meliputi teknik pengambilan foto jurnalistik, penggalian informasi, pemilihan narasumber, penyusunan berita dan penyebarluasan berita.

Salah satu peserta mentoring plus Lidia (28) mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat dan berharap kegiatan seperti ini lebih sering diselenggarakan.

"Mentoring Plus ini memberikan banyak ilmu tentang kegiatan jurnalistik, khususnya bagi saya yang masih awam dengan dunia jurnalistik.  Semoga kegiatan seperti ini bisa lebih sering diadakan supaya berita yang dibuat oleh JW Kecamatan Paguyangan lebih berbobot dan bernilai jurnalistik," tandasnya. (IM)

Related Posts:

3 Isu Yang Diangkat Jurnalis Warga

Mentoring plus untuk JW di RM Sambel Leyeh
Paguyangan (suarapaguyangan.com) - 8 Jurnalis Warga (JW) yang hadir saat kegiatan mentoring plus dengan narasumber Bahrul Ulum. SE, M.Si selaku Pemimpin Redaksi (Pemred) Jurnalis Warga www.cbmnews.netdi Rumah Makan Sambel Leyeh hari minggu, 15 oktober 2017 mendapatkan informasi tentang isu yang akan diberitakan oleh jurnalis.

Menurut Bahrul Ulum, Ada 3 isu yang akan diberitakan oleh setiap jurnalis yang ada di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes yaitu isu tentang pendidikan, isu kesehatan, dan isu adminitrasi kependudukan.

" Isu pendidikan bisa berupa tentang JW terlibat dalam program pengembalian anak ke sekolah, atau berita tentang masih sedikitnya anak yang masuk di usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sedangkan kesehatan bisa tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Jangan Buang Air Besar (BAB) sembarangan, sementara kalo administrasi kependudukan itu cakupan akte kelahiran di desa tersebut bisa dari usia 0 - 18 tahun," paparnya.

Sementara moderator kegiatan Adi Assegaf menambahkan, dari isu tersebut yang menjadi sasaran adalah perempuan, anak - anak dan kaum diffabel karena banyak yang belum tersentuh oleh pemerintah.

Salah satu JW dari Desa Cipetung Adie mengungkapkan, bahwa ini adalah pertama kali saya mengikuti kegiatan JW, dan sangat berguna sekali bagi saya yang suka menulis.

" Kegiatan seperti ini baru saya ikuti, dan ini pertama kalinya saya mengikuti pertemuan mentoring seperti ini, saya jadi tahu tentang kaidah menulis yang benar dan bagaimana cara mengambil gambar yang benar pula," ungkapnya. (SH)

Related Posts:

Mentoring Plus, Menambah Kompetensi JW Brebes

Kegiatan Mentoring Plus untuk JW
Paguyangan (suarapaguyangan.com) - Sebanyak 8 Jurnalis Warga (JW) dari 3 desa yaitu Desa Cipetung, Desa Wanatirta dan Desa Kedungoleng bertemu untuk mendapatkan mentoring plus di Rumah Makan Sambel Leyeh, Minggu (15/10).

Kegiatan yang baru dilakukan pertama kali ini menghadirkan narasumber Bahrul Ulum. SE, M.Si dari Pemimpin Redaksi (Pemred) Jurnalis Warga www.cbmnews.net yang sudah berdiri lebih dari 2 tahun ini dan sudah mempunyai berita berbasis android yang bisa diunduh di playstore.

Dalam sambutannya Bahrul Ulum mengatakan, bahwa setiap orang bisa menjadi JW, apabila orang tersebut mampu menyediakan informasi dengan membuat laporan berita yang dikirim melalui media media yang dipilih warga.

" Semua orang adalah pewarta, namun bagaimana dia mewartakan beritanya, ada yang bisa nulis status di Facebook, Twitter atau media lainnya. Namun ada pula yang mampu menulis menjadi sebuah berita yang enak dibaca dengan menggunakan rumusnya 5w + 1h sehingga pembaca tahu lebih jelas," kata Ulum.

Menurut Ulum, tidak semua orang itu bisa menulis apalagi menulis sebuah berita, maka dibutuhkan sebuah pelatihan dasar jurnalistik tentang menulis dan merangkai kata sehingga tidak seperti mengarang indah.

" Menulis berita itu merupakan ibadah, apabila yang kita tulis itu bermanfaat bagi masyarakat banyak, sebagai contoh kita menulis tentang orang disekitar kita yang membutuhkan bantuan cepat, atau menulis tentang kesehatan atau pendidikan itu sangat bermanfaat bagi banyak orang," ujarnya.

Sementara itu Koordinator Jurnalis Warga (KJW) Brebes Adi Assegaf mengatakan, kegiatan mentoring ini agar JW mampu menulis lebih baik dan mengena kepada isu-isu yang kita harapkan.

" Isu yang diangkat JW adakah seputar kesehatan, pendidikan dan administrasi kependudukan (adminduk) dengan sasarannya adalah perempuan, anak - anak termarjinalkan dan kaum diffabel yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah," katanya.

Salahsatu JW yang hadir Dwi Elisa (24), sangat senang dengan kegiatan mentoring plus ini, karena bisa menambah wawasan dan jadi mengerti tentang isu dalam pemberitaan nantinya.

" Suatu kebanggaan tersendiri bagi kami mendapat ilmu yang bermanfaat. Kami berharap, mentoring yang diadakan siang tadi akan menggugah hati para Jurnalis untuk dapat membuat berita berita setiap harinya," tandasnya. (NK)

Related Posts:

JW, Menulis Sebagai Advokasi

JW sedang mendapat mentoring

Paguyangan (suarapaguyangan.com) - Kegiatan jurnalis warga Paguyangan yang saat ini dilakukan di tiga desa di wilayah Kecamatan Paguyangan yaitu Desa Cipetung, Desa Wanatirta dan Desa Kedungoleng sedikit demi sedikit mendapat respon positif dari pemerintah desa maupun beberapa media cetak.

Hal ini membuat para Jurnalis Warga (JW) Paguyangan semakin bertekad untuk lebih serius lagi dalam membantu pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat, khususnya di wilayah Paguyangan. Terkait dengan hal tersebut JW Paguyangan melakukan pelatihan Jurnalis yang di laksanakan di Rumah Makan Sambel Leyeh Desa Pagojengan pada hari minggu 15 oktober 2017 dengan narasumber Bahrul Ulum. SE, M.Si.

Dalam pertemuan tersebut Bahrul Ulum mengatakan, para JW  harus tahu tentang bagaimana, mengapa dan apa tujuan dari pembuatan berita yang akan mereka sampaikan kepada pemerintah baik melalui media online maupun media cetak.

" Kita harus tahu apa isu yang sedang kita sampaikan dalam berita, sehingga berita yang kita buat bisa menjadi cerita perubahan, sehingga berita yang kita sampaikan dapat memberikan sebuah hasil yang bermanfaat baik bagi kelompok maupun perorangan yang akan mereka bantu," katanya.

Salah satu JW dari Desa Cipetung Suharti mengatakan, berterima kasih kepada narasumber yang sudah memberikan ilmunya kepada kami selaku JW.

" Saya pribadi merasa ini ilmu yang sangat bermanfaat, ternyata menulis berita itu tidak gampang, namun dengan pelatihan mentoring ini saya jadi sedikit lebih paham ketika nanti akan mengirim berita lagi kepada mas Adi, selaku Koordinator JW akan lebih detail lagi terutama terkait isu yang sudah disampaikan yaitu pendidikan, kesehatan dan administrasi kependudukan," katanya. (TAS)

Related Posts:

Jurnalis Warga Harus Mampu Memajukan Desa.


Paguyangan (suarapaguyangan.com) - Menjadi seorang jurnalis warga dituntut untuk selalu menulis dan mengambil isu-isu yang berpihak pada kepentingan masyarakat banyak, ide dan gagasan serta pemikirannya bisa membangkitkan semua komponen untuk bergerak memajukan desanya.

Demikian disampaikan oleh narasumber Bahrul Ulum. SE, M.Si saat kegiatan mentoring plus yang dilaksanakan di rumah makan sambel leyeh, Minggu (15/10).

Dalam sambutannya ulum mengatakan, jurnalis warga juga harus menyampaikan informasi seputar pembangunan, anggaran yang berpihak pada kepentingan masyarakat, serta layanan publik.

" Berita yang berdampak kepada masyarakat sangat diutamakan, dan bisa bersambung dan berurutan sangatlah penting, sehingga alur penulisan dan advokasi yang terbangun bisa terbaca dan dimengerti oleh semua pihak," katanya.

Ulum menambahkan, kaidah penulisan juga harus sesuai dengan kode etik jurnalistik, termasuk diberikan teknik pengambilan gambar yang benar, bagaimana menyusun informasi, mengetahui konsep pembuatan berita, menggali informasi, dan memilih narasumber.

Koordinator Jurnalis Warga (KJW) Kabupaten Brebes Adi Assegaf Menyampaikan, kegiatan mentoring plus ini dapat menambah ilmu bagi JW, dan meningkatkan kemampuan menulis bagi Jurnalis Warga (JW) masing masing desa.

" Pihaknya berharap dari materi-materi yang di sampaikan narasumber dapat meningkatkan kemampuan menulis JW,  agar jauh lebih baik dari sebelumnya, karena kita akan menyajikan berita tentang pendidikan, kesehatan dan administrasi kependudukan (Adminduk) yang sasaranya adalah kaum perempuan, anak- anak dan disabilitas," jelasnya.

Salah satu peserta dari JW Desa Wanatirta Ikmah Melani (25) sangat senang dengan kegiatan ini. Ikmah mengatakan, dengan mentoring ini jadi semakin paham cara menulis berita.

" Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama untuk saya, tadinya tulisan saya masih berantakan, namun setelah mengikuti kegiatan ini saya jadi tahu bagaimana menulis berita yang baik dan benar, apalagi saat penyampaian materi itu sangat gamblang, ditambah pelatihan yang membuat saya tahu apa yang harus saya perbaiki dari tulisan saya," Tandasnya. (LA)

Related Posts:

9 Desa di Kabupaten Brebes dilatih SID

Pealtihan SID 9 Desa Di Grand Dian Hotel
Brebes (suarapaguyangan.com) - Sebagai upaya keterbukaan informasi publik mengenai perencanaan dan kegiatan pembangunan dalam penggunaan Dana Desa, maka desa perlu dilatih Sistem Informasi Desa (SID). Hal itu dikatakan Bupati Brebes Idza Priyanti saat membuka pelatihan SID yang diikuti 9 desa pilot project.

"SID ini untuk pembangunan desa yang berkeadilan dan mempermudah desa membuat laporan pertanggungjawaban pembangunan dana desa. Sistem ini mudah diakses warga," kata Bupati saat pembukaan pelatihan ini di Grand Dian Hotel Brebes.

Pelatihan yang berlangsung 3 hari, terhitung dari 9 hingga 11 Oktober ini difasilitasi oleh Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (Kompak) yang bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dispermades).

Bupati berharap, seluruh peserta bisa mengikuti pelatihan ini dengan saksama. Mengingat penggunaan SID merupakan bentuk keterbukaan informasi publik. Dengan SID, kantor desa juga akan lebih efisien dan lebih efektif dalam melakukan fungsi dan tugasnya. Karena salah satu tugas utama kantor desa adalah memberi layanan publik.

Bupati mengatakan, ke depan SID dapat diterapkan di seluruh desa di Kabupaten Brebes, tidak hanya di 9 desa. Karena selama keterbukaan informasi publik, warga juga akan bisa memperoleh surat keterangan yang mereka butuhkan secara lebih cepat dan dengan data yang lebih akurat, termasuk mengakses informasi kependudukan.

"Sistem Informasi Desa harus diterapkan di semua desa agar nantinya desa menjadi sumber data dan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan desa," tambahnya.

Dengan SID, informasi kependudukan, perencanaan, asset, anggaran dan sebagainya akan terekam secara elektronik. Semua informasi tersebut mempunyai potensi untuk lebih mudah diakses oleh warga. Data penduduk sudah tersimpan dan dapat diisikan secara otomatis pada surat yang bisa dicetak langsung.

Perwakilan Kompak Jakarta, Rando Nadeak menjelaskan,  salah satu tujuan SID adalah mewujudkan single data yang akan digunakan untuk pembangunan daerah di Kabupaten Brebes.

"Nantinya desa akan mempunyai data base sendiri sehingga data yang digunakan dalam perencanaan pembangunan desa bersumber dari satu data yang valid," jelasnya.

Adapun 9 desa tersebut yaitu Desa Wanatirta, Cipetung, Kedung Oleng, Sigambir, Luwunggede, Luwungragi, Cikandang, Cigedog dan Desa Jati Makmur. Dalam pelatihan ini difokuskan dalam pengelolaan website resmi desa dan diharapkan operator dapat mempromosikannya melalui media sosial.

Peserta pelatihan diberikan materi tentang Kebijakan Pengembangan SID, Perencanaan Pembangunan, Pemanfaatan Data Kependudukan dan Sideka Website, serta Pengelolaan Sideka Website dan Sideka Dekstop. (IM)

Related Posts:

JW Jadi Juru Bicara Desa

JW diskusi 3 isu terkait
Kedungoleng (suarapagunyangan.com) - Pembentukan jurnalis warga sebagai upaya untuk menjadi mitra pemerintah dalam isu pendidikan, kesehatan dan administrasi kependudukan (Adminduk) sedikit demi sedikit mulai terlihat hasilnya. 

Jurnalis Warga (JW) bentukan dari Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) ini berfungsi sebagai media penyampai kebutuhan masyarakat desa yang terkadang tak terlihat oleh pemerintah sekitar. 

Selain itu, JW juga mengemban misi untuk memonitoring masalah masalah yang ada di masyarakat khususnya tiga aspek  isu yaitu pendidikan, kesehatan dan Administrasi Kependudukan (Adminduk) dengan sasaran wanita, anak-anak dan kaum diffable.

Mentor dari Jurnalis Warga sendiri Adi Assegaf, pada saat mentoring ke desa Kedungoleng mengatakan keberadaan jurnalis mempunyai peran yang sangat penting bagi perubahan masyarakat desa.

" Keberadaan Jurnalis Warga diharapkan mampu memberitakan hal hal yang menyangkut ketiga isu tersebut yaitu pendidikan, kesehatan dan Adminduk dengan sasaran wanita, anak - anak dan kaum diffable agar mendapat perhatian dari pemerintah sekitar yang mana terkadang kurang di pedulikan," Jelas adi di aula balaidesa kedungoleng, Senin (5/10).

Sementara itu dari pihak Pemerintah Desa Kedungoleng yang diwakili oleh Sekretaris Desa (Sekdes) Seger mengatakan, Pihak desa menanggapi positif dengan adanya JW ini.

" Bagus sekali dengan adanya JW ini, diharapkan dengan adanya JW mampu membantu dan memantau kinerja pemerintah desa dalam melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat desa," katanya.

Jurnalis Warga sampai saat ini untuk Kecamatan Paguyangan sudah terbentuk di tiga desa di antaranya Desa Kedungoleng, Desa Wanatirta,dan Desa Cipetung. Dari PPMN sendiri masih gencar utk membentuk Jurnalis Warga di desa lain di Kecamatan Paguyangan, sebagai pendongrak  keberhasilan misi untuk menuntaskan masalah yang ada di masyarakat. (WD)

Related Posts:

JW Menjadi Narasumber RAKOR PAC FNU Paguyangan

JW menjelaskan tentang program Gerakan Kembali Bersekolah
Paguyangan (suarapaguyangan.com) - 2 Jurnalis Warga (JW) dari Desa Wanatirta Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, menjadi narasumber dalam acara Rapat Koordinasi (RAKOR) Pengurus Anak Cabang (PAC) Fatayat Kecamatan Paguyangan, dirumah Rokhimah Desa Paguyangan, Minggu (8/10).

Ketua Fatayat Kecamatan Paguyangan Asma Fauziyah S.pd mengatakan, Fatayat mengundang JW Wanatirta ini untuk menjadi narasumber dalam kegiatan Balakar nanti.

" Fatayat sengaja mengundang Ikmah Melani dan Lidia Alfi yang merupakan Jurnalis Warga dan juga anggota Fatayat untuk menjadi narasumber tentang Gerakan Kembali Bersekolah (GKB), program pengembalian anak sekolah yang telah mereka lakukan," katanya.


Menurut Asma, Ketua Fatayat Kabupaten Brebes Hj. Mu'minah merupakan ketua GKB, sehingga sudah sepatutnya kita harus mendukung program ini agar tercapai tujuannya.

Lidia yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut menjelaskan, bahwa program GKB ini adalah salah satu upaya untu menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang Pendidikan Kabupaten Brebes.

" GKB ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Brebes dan masyarakat serta Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk mendongkrak IPM agar posisinya tidak berada dibawah, serta program ini sangat berguna sekali bagi anak-anak utamanya mereka yang putus sekolah dan lulus tidak lanjut dari keluarga kurang mampu, agar mereka bisa melanjutkan sekolah sampai jenjang SMA/SMK," jelas Lidia.

Sementara itu, Ikmah memaparkan tentang cara pengembalian anak ke sekolah yang telah dilakukannya.
" Kebetulan seluruh Desa se Kecamatan Paguyangan sudah ada kegiatan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM), dari data tersebut kita bisa tahu tentang anak yang tidak sekolah, selanjutnya data tersebut diverifikasi siapa anak yang ingin melanjutkan sekolah, setelah itu kita bujuk dan mereka mau maka kita komunikasikan dengan tim GKB Kabupaten dan koordinasi dengan Desa dan Unit Pelayanan Teknis Dinas Pendidikan dan Olahraga ( UPT Dindikpora) Kecamatan, agar mendapatkan rekomendasi disekolah yang akan dituju. Selanjutnya kita antar ke sekokah tersebut," papar Ikmah. (LA/IM)

Related Posts:

Melalui DD, Kedungoleng Anggarkan Layanan Dasar dan Adminduk

Musrenbangdes Kedungoleng Kecamatan Paguyangan


Kedungoleng (suarapaguyangan.com) - Untuk anggaran tahun 2018, Desa Kedungoleng menganggarkan Dana Desa (DD) untuk Kesehatan, Pendidikan dan Administrasi Kependudukan (Adminduk) bagi warga masyarakat Desa Kedungoleng.

Demikian disampaikan oleh Kepala Desa Kedungoleng Salim Usman, pada rapat Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes), Jum'at (6/10) kemarin di aula balai Desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.

Salim berpesan kepada tim 11, untuk menganggarkan DD tahun 2018 bukan hanya untuk pembangunan fisik saja, tapi pembangunan non fisik pun sekarang harus diperhatikan juga. Sudah saatnya Kedungoleng berubah, agar nantinya semua kalangan masyarakat merasakan hasil dari perubahan tersebut.

" Untuk anak-anak Desa Kedungoleng yang putus sekolah, data dari Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM) akan di verifikasi ulang, kemudian anak yang mau kembali melanjutkan sekolah akan diberikan fasilitas transport dan juga alat tulis, sedangkan untuk para disabilitas yang masih produktif, mereka akan diberikan bantuan berupa modal usaha agar mereka mampu untuk menjalankan usaha sendiri," lanjut Salim.

Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Desa Kedugoleng Seger, bahwa anggaran tahun 2018 nanti sudah teranggarkan untuk layanan dasar, tidak hanya pendidikan termasuk juga kesehatan, diantaranya untuk penambahan pos posyandu, penambahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan transport bagi para kader.

" Dibidang kesehatan kami anggarkan untuk penambahan pos Posyandu, PMT dan transport kader serta untuk Adminduk akan diadakan sosialisasi minimal 3 bulan sekali, dimana sosialisasi tersebut guna melakukan pendataan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin untuk bisa memiliki akte kelahiran ataupun surat-surat lain yang dibutuhkan oleh masyarakat," ujar Seger.

Rapat Musrenbangdes yang dihadiri oleh Sekcam, Kades, Sekdes, Ketua BPD, Ketua LPMD, Tim dari formasi KOMPAK, Tim 11, IMK serta wakil perempuan dan disabilitas ini sepakat untuk kegiatan non fisik yang berupa layanan dasar dan adminduk menjadi prioritas tahun 2018.

Salah satu peserta rapat dari perwakilan perempuan dan disabilitas Nurkhasanah (40) mengatakan, saya merasa puas ketika suara saya didengar dan direalisasikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 dari anggaran DD.

" Saya mewakili suara perempuan miskin dan disabilitas, nengucapkan banyak terima kasih, khususnya kepada Kepala Desa Kedungoleng, Sekretaris Desa Kedungoleng, juga kepada tim 11, yang telah menganggarkan Dana Desa di tahun 2018 nanti dianggarkan utk kegiatan ekonomi produktif bagi keluarga miskin, perempuan miskin, dan disabilitas," ujarnya.

Masih menurut Nurkhasanah, semoga saja dana yang dialokasikan nanti benar-benar dilaksanakan setelah di Perdeskan.

" Harapan kami, mudah-mudahan anggaran Dana Desa tersebut benar-benar ada dan dilaksanakan, sehingga akan sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan. Dengan demikian Kedungoleng akan mendapat perubahan yang lebih baik, dimana pembangunan akan berjalan seimbang, baik fisik maupun non fisik," tandasnya. (NK)

Related Posts:

Yani Penyandang Disabilitas Karena Polio Yang Butuh Kursi Roda

Kakak Beradik menjadi disabilitas karena polio yang dideritanya dari kecil
Cipetung (suarapaguyangan.com) - Adalah Yani (17), putri dari pasangan Karno dan Mursilah Rt 01/02 Desa Cipetung Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, membutuhkan 1 buah kursi roda untuk membantu aktivitasnya berjalan agar tidak selalu dipapah oleh orangtuanya.

Menurut Karno (50), saat ditemui oleh jurnalis warga dikediamannya hari sabtu (7/10), putri dan putranya menderita disabilitas karena polio yang di deritanya sejak kecil, sehingga diusia mereka sekarang ini, mereka belum pernah sekolah.

"Kami sudah berusaha mengobati mereka berdua baik pengobatan secara medis maupun alternatif, tapi Tuhan berkehendak lain, mungkin belum saatnya mereka untuk sembuh," ujarnya.

Masih menurut Karno, sekarang mereka sudah mampu untuk berdiri meskipun harus merambat, kalo sebelumnya memang belum bisa walaupun untuk sekedar bediri.

" Saat ini putra dan putri kami sudah mampu untuk berdiri meskipun harus besandar dan jalannya juga merambat, jadi yang dibutuhkan 1 kursi roda, untuk mereka bergantian ketika salah satunya sudah cape untuk berdiri, dan rumah kami juga kecil," lanjutnya.

Istri Karno, Mursilah (46) mengatakan, pasrah dengan keadaan anaknya karena penyakit polio yang diderita kedua anaknya yang menjadikan meraka disabilitas. Kondisi ekonomi keluarga kami yang hanya berkecukupan ini membuat kami hanya mampu bersabar, suami saya hanya sebagai petani palawija yang menggarap lahan milik perhutani sedangkan saya hanya ibu rumah tangga yang penghasilanya juga tidak menentu, dan rumah kami juga belum bisa kami perbaiki.

Sementara itu Yani (17) mengatakan, bahwa dirinya sudah mampu untuk berdiri walaupun harus merambat atau berpegangan, demikian juga dengan adiknya, tapi kalau ada kursi roda untuk kami bergantian kami sangat berterima kasih. 

" Alhamdulillah saat ini saya dan adik saya sudah mampu untuk berdiri walaupun harus berpegangan, kami tidak menolak jika ada yang memberikan kursi roda untuk kami bergantian memakainya, karena kondisi rumah kami yang kecil dan masih menggunakan tanah, supaya kami tidak bergantung terus dengan orang tua kami," pungkasnya. (TAS)

Related Posts:

Jaringan Seluler Susah, Warga Cipetung Membutuhkan BTS

Pintu Masuk Desa Cipetung Kecamatan Paguyangan Kabupate Brebes
Cipetung (suarapaguyangan.com) - 5 tahun lebih warga Desa Cipetung Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes tidak ada jaringan seluler. Warga Desa Cipetung ketika akan berkomunikasi dengan keluarga, saudara atau kerabat dari luar desa harus naik ke dataran yang lebih tinggi.

Demikian disampaikan oleh Suhartini (40) salah satu warga Desa Cipetung disela-sela pertemuan dengan Jurnalis Warga (JW) Desa Cipetung, di aula balai Desa Cipetung,  Kamis (5/10).

Menurut Harti, warga Desa Cipetung membutuhkan Base Transceiver Station (BTS) agar ada sinyal handphone sehingga bisa berkomunikasi dengan mudah.

" Kami berharap Pemerintah Kabupaten melalui dinas terkait segera membuat BTS di desa kami, supaya komunikasi lewat handphone bisa lebih mudah, karena tidak semua handphone kami itu berbasis android," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Yanto warga setempat, yang menginginkan agar desanya segera memiliki BTS supaya lebih mudah dalam berkomunikasi dengan keluarga diluar daerahnya.

" Kami sangat membutuhkan jaringan seluler untuk sarana komunikasi, soalnya di kampung kami tidak ada jaringan dari dulu, jadi susah banget kalo ada keperluan sama keluarga yang jauh," kata Yanto.

Sementara itu,  Kepala Desa Cipetung Soetrisno mengakui, kebutuhan jaringan handphone sudah sangat mendesak untuk segera dibangun mengingat wilayah Cipetung dan sekitarnya membutuhkan akses komunikasi yang cepat.

" Pada tahun anggaran 2018 diharapkan pemasangan BTS di Desa Cipetung dapat direalisasikan melalui dinas terkait, karena warga masyarakat Desa Cipetung sudah menyiapkan lahan khusus untuk pembangunan tower BTS," ungkapnya.

Sutrisno menambahkan, pembangunan sarana komunikasi sudah menjadi program sebagian wilayah pemerintahan desa di wilayah Kecamatan Paguyangan.

" Harapan warga setelah lahannya siap diharapkan tower BTS segera dibangun sehingga dapat menjawab kebutuhan warga sekitar utamanya untuk komunikasi," tandasnya. (AS)

Related Posts:

2 Anak SMP Kembali Bersekolah Dibantu JW Wanatirta.

Jurnalis Warga Wanatirta Ikmah Melani Membantu Mengembalikan 2 Anak ke SMP


Wanatirta (Suarapaguyangan.com) - Senyum ceria terlihat menghiasi wajah Ismatun Amanah (13) putri dari Sakrup Dukuh Karanganyar Rt 10/04 dan Ali sodikin (13) putra Rustam Dukuh Karanggandul Rt 05/04 Desa Wanatirta. Setelah mereka bisa melanjutkan ke SMP pilihan mereka, Sabtu (7/10).

Kembalinya mereka berdua Ismatun di SMP Nurusshibyan Paguyangan dan Ali Sodikin di SMP Muhammadiyah 01 paguyangan, berkat kegigihan Ikmah Melani (25), Jurnalis Warga (JW) dari Desa Wanatirta yang membujuk kedua anak tersebut dan meyakinkan orang tua keduanya.

Menurut Ikmah, dua anak tersebut terdata pada data Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM), yang dilaksanakan pada bulan maret kemarin.

" Kedua anak tersebut datanya ada, kemudian saya datangi, ternyata semangat dari kedua anak tersebut masih sangat tinggi untuk bersekolah, akhirnya saya menemui orang tua mereka yang ternyata juga sangat senang bisa dibantu," ujarnya.

Masih menurut Ikmah, saya berani bergerak seperti ini karena Kabupaten Brebes sedang ada program Gerakan Kembali Bersekolah yang sedang di laksanakan se Kabupaten Brebes, dan saya juga di bantu ketua RW saat menemui orang tua kedua anak tersebut.

Ketua RW 04 Desa Wanatirta Topik, mengatakan, pihaknya sangat senang dengan adanya GKB ini, semoga program ini tidak hanya program sesaat saja.

" Saya sangat senang dengan adanya program seperti ini, karena dapat membantu anak-anak yang tidak mampu bisa bersekolah kembali, program seperti inilah yang akan memajukan desa untuk masa depan berikutnya, dengan banyak anak sekolah, banyak juga orang yg pintar dan bisa membangun desa lebih maju," kata Topik.

Sedangkan Sakrup dan Rustam kedua orang tua dari anak yang dikembalikan merasa senang dan berterima kasih dengan semua pihak yang telah membantu anaknya kembali sekolah.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Paguyangan, Prastowo, S.Pd memastikan bahwa anak tersebut diterima di sekolahnya dan dipastikan tidak ada pungutan lainnya lagi.

" Administrasi yang kami bebankan hanya untuk ujian semesteran saja dan itu relatif kecil, sedangkan lainnya itu gratis, termasuk baju, dan setelah ini dipastikan tidak ada pungutan lainnya," tandasnya. (LA)

Related Posts:

5 Anak Desa Wanatirta Kembali Sekolah

Ikmah dan Lidya Jurnalis Warga Wanatirta Mengembalikan 5 Anak ke SMK Ma'Arif NU Paguyangan

Wanatirta (Suarapaguyangan.com) - Setelah M. Rijal (16) sekarang giliran Lulut Adelia (16), Hilda Ivelia (15), Wahyudin (17) dan Irfan Faozi (16) yang berasal dari Dukuh Kedawung Desa Wanatirta Kecamatab Paguyangan Kabupaten Brebes yang diberi kesempatan untuk kembali bersekolah.

Kedatangan relawan Jurnalis Warga (JW) Lidia dan Ikmah beserta empat anak tersebut yang didampingi wali murid masing masing di sambut dengan baik oleh Mardiyanto, S.Ag selaku Kepala Sekolah SMK Ma'arif NU 01 Paguyangan. Jum'at (6/10).

Kepala Sekolah SMK Ma'arif NU 01 Paguyangan Mardiyanto, S.Ag mengatakan, dirinya sangat senang karena masih ada orang tua yang mempunyai kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka.

" Saya sangat senang karena bapak dan ibu sudah mengijinkan anak-anaknya untuk kembali bersekolah, saya harap bapak dan ibu harus selalu mendukung dan mengawasi anak-anaknya agar tetap semangat belajar," ujarnya kepada wali murid.

Mardiyanto juga berpesan kepada anak-anak agar tetap semangat belajar walaupun sudah ketinggalan pelajaran selama 2,5 bulan.

"Walaupun kalian sudah ketinggalan pelajaran saya harap kalian bisa segera menyesuaikan dengan teman-teman yang lain. Kalian harus serius dalam belajar dan jangan sampai mengecewakan orang tua. Kalian diberi kesempatan oleh Gerakan Kembali Bersekolah (GKB) untuk dapat menuntut ilmu,gunakan kesempatan ini dengan baik agar kalian menjadi manusia yang bermanfaat nantinya" ujar Mardiyanto.

Salah satu wali murid Tarmo, merasa bersyukur karena harapan agar anaknya melanjutkan sekolah sudah terwujud.

" Alhamdulillah harapan saya agar anak saya bisa melanjutkan sekolah sudah terwujud. Terima kasih banyak Tim Gerakan Kembali Bersekolah (GKB) dan mba lidia serta mba ikmah yang telah memberikan kesempatan kepada anak saya untuk bersekolah lagi," kata Tarmo

Menurut Lidia, total ada 14 anak dari Desa Wanatirta yang akan kembali bersekolah 

"Total ada 14 anak dari Desa Wanatirta yang akan dikembalikan ke sekolah. 7 anak sudah diterima di sekolah pilihan masing-masing. 5 anak sudah kembali bersekolah di SMK ma'arif NU 01 Paguyangan dengan 1 anak mengambil jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan 4 lainnya mengambil jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). 1 anak kembali bersekolah di SMP Nurusshibyan Paguyangan dan 1 lagi di SMP Muhammadiyah Paguyangan. Sisanya masih menunggu konfirmasi dari pihak sekolah," Ungkapnya. (IM)

Related Posts:

Masih Tertulis Denda Kelahiran Bagi Usia Anak


Paguyangan (www.suarapaguyangan.com) - Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dindukcapil) Kabupaten Brebes masih memasang stand baliho yang masih mencantumkan denda bagi anak yang betusia 60 hari keatas, di ruang pelayanan pembuatan akte kelahiran dan kartu keluarga. Selasa (3/10).

Seperti diketahui bahwa sesuai dengan peraturan bupati nomor 470/458 yang disahkan pada tanggal 16 agustus 2017. Untuk usia anak yaitu 0 hingga 18 tahun sudah tidak ada lagi denda sebesar Rp. 25ribu.

salah satu Jurnalis Warga (JW) Dwi Elisa menuturkan pada saat itu kebetulan sedang membuat akte kelahiran untuk saudaranya menyampaikan ke salah satu petugas.

" Pak kalo tidak salah peraturan pembuatan akte yang diatas usia 60 hari sudah gratis kan pak, tapi kenapa dipapan pengumuman ini masih tertulis lama pak, kasihan masyarakat yang belum tahu informasi tersebut pak, dan nanti juga lama-lama masyarakat juga tahu kalo sudah sering di sosialisasikan," tuturnya.

Sementara itu Kepala Dindukcapil Drs. Asmuni, M.Si mengatakan, pihaknya akan segera mengganti stand baliho lama dengan yang baru.

" Terima kasih masukan yang diberikan ke kami, kami akan segera mengganti stand baliho yang lama tersebut dengan stand baliho yang memuat informasi terbaru tentang adminduk," ujarnya.

Asmuni juga menambahkan, semua warga Kabupaten Brebes yang belum mempunyai akte kelahiran supaya segera membuat akte kelahiran karena penting.

" Untuk semua warga masyarakat Kabupaten Brebes yang belum mempunyai akte kelahiran untuk segera datang sendiri dengan membawa berkas, mengisi formulir, fotocopy KTP orang tua dan fotocopy sipemohon bagi yang sudah punya, fotocopy KK, fotocopy KTP 2 orang saksi, surat nikah yang dilegalisir dan surat kelahiran. Setelah berkas tersebut lengkap silahkan bawa sendiri ke Dindukcapil untuk usia anak 0 sampai dengan 18 tahun gratis tidak ada denda lagi," tandasnya. (DE)

Related Posts:

JW Bantu Pengembalian Anak ke Sekolah

Wanatirta (www.suarapaguyangan.com) - Jurnalis Warga (JW) dari Desa Wanatirta Lidia Alfi, yang juga berprofesi sebagai guru berhasil membujuk dan mengembalikan Muhamad Rijal (16) ke SMK Ma'arif NU 01 Paguyangan, Selasa (3/10). 

Senyum manispun terlihat menghiasi wajah Muhammad Rijal (16), anak dari pasangan Sudir dan Soimah warga Dukuh Reduni Rt 14/2, Desa Wanatirta Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, setelah bisa melanjutkan sekolah di SMK Ma'arif NU 01 mengambil jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR).

Menurut Lidia, dia dibantu rekannya sesama JW untuk membujuk dan meyakinkan orang tua Rijal supaya Rijal bisa melanjutkan ke jenjang SMK, setelah lulus dari SMP Ma'arif NU 02 Paguyangan tahun kemarin.

" Kebetulan saat ini Kabupaten Brebes sedang ada program Gerakan Kembali Bersekolah (GKB), khususnya bagi keluarga yang kurang mampu agar putra-putrinya melanjutkan sekolah, dan di Desa Wanatirta ini sudah dilakukan pendataan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM) termasuk saya didalamnya sebagai pendata, sehingga saya tahu dan langsung mendampinginya," ujar Lidia.

Ibunda Rijal, Soimah, merasa terharu karena awalnya dia tidak mampu dan tidak tahu harus bagaimana untuk menyekolahkan anaknya.

" Ya orang saya ini kerjaannya hanya buruh tani, penghasilan kami suami istri juga pas-pasan jadi tidak mampu untuk menyekolahkan Rijal ke SMK. Saya berterima kasih kepada Tim Gerakan Kembali Bersekolah (GKB), Kepala Sekolah SMK Ma'arif NU 01, mba Lidia dan semua pihak yang sudah membantu dan meyakinkan kami sehingga anak kami bisa melanjutkan ke SMK," kata Soimah.

Sementara itu Kepala Sekolah SMK Ma'arif NU 01, Mardiyanto, S.Ag menyambut baik kedatangan Jurnalis Warga dan Rijal bersama orangtuanya saat mendaftar di sekolah dan mengatakan, setelah di daftarkan di sekolah ini Rijal harus semangat belajarnya dengan tekun.

" Saya berpesan kepada Rijal, agar bersekolah dengan serius, semangat dan tekun, sehingga apa yang dilakukan oleh tim GKB, Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP), dan JW tidak sia-sia," katanya.

Mardiyanto juga menambahkan bahwa pihaknya akan memberikan penghargaan jika Rijal berprestasi.

" Di sekolah kami ada penghargaan bagi anak-anak yang berprestasi, termasuk Rijal jika berprestasi juga berhak mendapatkan penghargaan tersebut, Rijal sudah bisa berangkat besok hari rabu dan bergabung dengan teman-teman yang lainnya," tandas Mardiyanto.

Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Masih ada 9 anak lagi yang akan masih diupayakan untuk dikembalikan ke sekolah dan pihaknya juga sudah melaporkan  kepada Unit Pelaksana Teknis (Dindikpora), Camat dan Kepala Desa agar diketahui dan dilaporkan ke Bupati. (Kontributor : Lidia Alfi, Editor : Adi)

Related Posts:

Suara Perempuan dan Disabilitas di Akomodir dalam RKPDes


Kedungoleng (suarapaguyangan.com) –  Anggaran Desa Kedungoleng tahun depan disamping masih prioritas infrastruktur juga di fokuskan ke pemberdayaan masyarakat. Sebab pembangunan bukan hanya fisik saja, tetapi pembangunan sumberdaya manusia juga punya peran penting.

Demikian disampaikan oleh Kepala Desa Kedungoleng Salim pada saat membuka musyawarah penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) tahun 2018, di ruang rapat balai Desa Kedungoleng, Minggu (1/10).

Dalam musyawarah tersebut, Salim juga mengatakan untuk kegiatan pembangunan fisik masih tetap dilaksanakan khususnya untuk usulan yang menjadi prioritas masyarakat.

“Untuk RKPdes tahun 2018 pembangunan fisik masih tetap dilaksanakan, karena untuk pemerataan pembangunan, namun tidak semuanya kita gunakan untuk pembangunan fisik. Kita mengalokasikan tahun depan untuk pembangunan sumberdaya manusia, agar SDM Desa Kedungoleng juga lebih baik lagi,”katanya.

Musyawarah penyusunan RKPDes dihadiri Kepala Desa, Sekretaris desa, perangkat desa, perwakilan dari kelompok perempuan dan disabilitas, Ikatan Mahasiswa Kedungoleng (IMK), Kader Pemberdaya Masyarakat Desa (KPMD) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Mereka  menyetujui untuk tahun 2018 akan di anggarakan untuk 3 aspek pelayanan dasar yaitu pendidikan, kesehatan dan administrasi kependudukan (Adminduk).

Salah satu perwakilan dari unsur kelompok perempuan dan disabilitas yang diwakili oleh Nurkhasanah, menyampaikan terima kasih kepada pihak pemerintah Desa Kedungoleng yang telah mengakomodir suara dari kami.

“ Saya mewakili kelompok perempuan dan disabilitas menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Desa Kedungoleng, yang telah mengakomodir suara kami dan akan menganggarkan dari dana desa tahun 2018 nanti untuk kegiatan ekonomi produktif bagi kaum disabilitas,” kata Nur.

Sementara itu, Sekretaris Desa Kedungoleng, Seger, SE mengiyakan bahwa untuk tahun depan pihak pemerintah desa akan mengalokasikan 3 pelayanan dasar, bantuan modal untuk masyarakat dan  disabilitas.

“ Dana Desa tahun 2018 mendatang rencana akan dianggarkan juga untuk melaksanakan pelayanan dasar yaitu pendidikan, kesehatan dan adminduk. Serta untuk kaum disabilitas yang masih produktif dan mampu menjalankan usaha akan diberikan modal usaha supaya mereka berdaya,” tandasnya. (Kontributor Nurkhasanah, Editor Adi)


Related Posts: